Hoax Berita Fenomena Geosfer di Negeri Utopis

Fenomena geosfer, hmmm..nampaknya guru geografi, ahli geografi sudah biasa kali ya dengan istilah ini. Tiap hari kita belajar tentang kejadian-kejadian yang ada di geosfer.

Setiap hari fenomena geosfer terjadi dan di berita pun tiap detik mungkin berseliweran fenomena terkini. Namun apa yang salah dengan fenomena tersebut?.
 
Coba perhatikan, kini fenomena geosfer seolah-olah berdusta pada publik padahal sejatinya mereka tidak pernah berdusta. Semua karena ulah manusia.
 
Manusia kini sudah tidak peduli lagi dengan kejujuran, dan yang penting adalah untung di mata kapitalis. Maksudnya apa sih, saya gak ngerti?.
 
Coba perhatikan salah satu fenomena berikut ini!
Pembodohan publik lewat gambar

Beberapa hari ini Gunung Semeru di Jawa Timur sedang erupsi dan itu adalah kenyataan atau fakta. Akan tetapi ada yang salah dalam penyajian fenomena kepada publik oleh media.

Screenshoot gambar atau thumbnail yang ditampilkan adalah erupsi gunung lain yang lebih dahsyat. Padahal erupsi Semeru gak gitu-gitu amat.

Gambar yang diberitakan oleh beberapa (ingat ya beberapa) media online diatas dengan gambar erupsi dahsyat adaah Gunung Sakurajima di Jepang.

Masyarakat kita yang umumnya masih awam tentu akan cepat percaya lalu share info tersebut. Inilah yang diinginkan kaum kapitalis. Membodohi masyarakat dengan gambar bohong agar terkesan bombastis lalu kliknya banyak.

Negara ini memang darurat pers, semua berlomba membangun kebohongan bahkan fenomena geosfer pun dibuat seolah-olah berbohong seperti pejabat-pejabat politik yang hobi berbohong kepada rakyatnya.

Inilah krisis yang terjadi di media kita sekarang, menghalalkan segara cara untuk meraup untung. Alangkah baiknya jika memang negara ini ingin maju yaitu dengan menginformasikan berita yang real secara keseluruhan tanpa ada sedikitpun pembohongan baik dari sisi gambar.

Saya merasa kejujuran yang selalu ditanamkan guru di sekolah seolah-olah tidak berarti dengan pola-pola berita yang setiap hari terjadi seperti ini. Jadi bohong rasanya jika negara ingin maju tapi media-media tetap membodohi publik.

Sekarang adalah jamannya tampilan lebih utama dibanding isi. Jadi jangan heran jika peradaban masyarakat semakin bodoh jika pola-pola pembohongan seperti ini selalu terjadi. Salam reformasi pemberitaan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel